Sabtu, 16 November 2013

Berobat dalam Timbangan Islam

“ Sesungguhnya Allah subhanahu wa Ta’ala menurunkan penyakit dan obat, dan dia telah menurunkan obat untuk tiap-tiap penyakit. maka berobatlah kalian, dan jangan berobat dengan sesuatu yang haram! ( Riwayat Abu Daud )
    Para ulama menyampaikan beberapa pendapatnya terkait dengan maksud kata-kata, “Allah menurunkan penyakit dan obat’’ Diantara pendapat tersebut menjelaskan bahwa Allah SWT menciptakan penyakit dan obatnya sekaligus, sesuai dengan hadits ini.
    Jika allah Ta’ala menguji seorang hamba dengan penyakit,maka dia menolongnya dengan obat. Bila Allah SWT menguji manusia dengan dosa, maka juga dia menolongnya dengan taubat. Bila Allah swt dengan roh- roh jahat (setan) dan menolongnya dengan roh-roh baik ( para malaikat). Allah SWT menguji dengan hal-hal yang diharamkan dan menolong dengan hal-hal yang halal, yang memiliki kadar setara dengannya. Itulah bentuk kebijaksanaan Allah SWT.
     Usamah bin syurai meriwayatkan, “orang orang badui bertanya:  ‘ya Rosulullah, tidak bolehkah kami berobat? beliau SAW menjawab, ya boleh.wahai hamba-hamba Allah, berobatlah kalian,. Karena sesunggauhnya Allah tidak menciptakan penyakit melainkan dia menciptakan penawarnya. kecuali satu penyakit.  ya Rosulullah, penyakit apa itu?  tanya mereka. beliau menjawab, pikun!  jawab beliau.’’  ( Riwayat Abu Daud, Ath-Tirmidzi, Al- Hakim dan Ibnu Majah)
    Usman bin Ash bercerita, “ Rasulullah SAW pernah datang kepadaku sementara aku sedang sakit parah dan hampir meninggal dunia. Lalu Rasulullah SAW bersabda, “usaplah dengan tangan kananmu tujuh kali dan bacalah ‘A ‘uudzubi’izzatillahi wa qudrotihi min syarrima ajid’ aku berlindung dengan kemuliaan dan kekuasaan Allah dari keburukan apa yang kurasakan.”
     Kemudian kata usman, “akupun melakukan hal itu, lalu Allah melenyapkan apa yang ada padaku. Maka aku selalu memerintahkan hal itu kepada keluargaku dan orang orang lainnya.”
     Dalam riwayat muslim disebutkan bahwa rosulullah SAW bersabda, “Letakkanlah tangan mu di bagian tubuhmu yang merasa sakit. Lalu bacalah ‘bismillah (dengan menyebut nama Allah ) tiga kali. Dan bacalah tujuh kali ( aku berlindung kepada Allah dan kekuasaannya dari keburukan apa yang kurasakan dan kuwaspadai).” (Riwayat Muslim)
    Dari keterangan di atas, dapat dijelaskan bahwa berobat merupakan hal yang di anjurkan atas orang yang sakit, termasuk upaya sembuh dengan terapai sendiri dengan segala rasa tawakal kepada Allah SWT.
    Sebagian pandangan melihat sakit sebagai karunianya yang dilimpahkan atas dirinya, sehingga bagaimanapun itu harus disyukuri dan sabar, tanpa harus berobat karena disana ada banyak faedah dan manfaat.
    Akan tetapi pendapat yang kuat menyebutkan, kita harus memperhatikan keseimbangan dua hal: fisik dan psikis, agar tetap terjaga kesehatannya. Inilah yang dilakukan oleh Rasulullah SAW.
    Disamping upaya pengobatan spiritual melalui doa-doa, Rasul juga mendorong upaya medis. Nash qat’i menyangkut hal ini termaktub dalam hadits yang diriwayatkan oleh ath-Thirmidzi, dari abi Hazim ia berkata, “sahl ibn sa’ad ditanya sedangkan aku mendengarnya, dengan apa luka Rasulullah dioabati? Sahal menjawab, tidak tersisa seorangpun yang lebih mengetahuinya daripada aku. Ali datang membawa air dalam perisainya sedangkan fatimah mencuci darah darinya dan Ali membakar untuknya sebuah kayu dari pohon yang berbuku, kemudian dengan kayu itu Rasul menutupi lukanya.”

0 komentar: