“ Sesungguhnya Allah subhanahu wa Ta’ala
menurunkan penyakit dan obat, dan dia telah menurunkan obat untuk tiap-tiap
penyakit. maka berobatlah kalian, dan jangan berobat dengan sesuatu yang haram!
( Riwayat Abu Daud )
Para
ulama menyampaikan beberapa pendapatnya terkait dengan maksud kata-kata, “Allah
menurunkan penyakit dan obat’’ Diantara pendapat tersebut menjelaskan bahwa
Allah SWT menciptakan penyakit dan obatnya sekaligus, sesuai dengan hadits ini.
Jika
allah Ta’ala menguji seorang hamba dengan penyakit,maka dia menolongnya dengan
obat. Bila Allah SWT menguji manusia dengan dosa, maka juga dia menolongnya
dengan taubat. Bila Allah swt dengan roh- roh jahat (setan) dan menolongnya
dengan roh-roh baik ( para malaikat). Allah SWT menguji dengan hal-hal yang
diharamkan dan menolong dengan hal-hal yang halal, yang memiliki kadar setara dengannya.
Itulah bentuk kebijaksanaan Allah SWT.
Usamah bin syurai meriwayatkan, “orang orang badui bertanya: ‘ya Rosulullah, tidak bolehkah kami berobat?
beliau SAW menjawab, ya boleh.wahai hamba-hamba Allah, berobatlah kalian,. Karena
sesunggauhnya Allah tidak menciptakan penyakit melainkan dia menciptakan
penawarnya. kecuali satu penyakit. ya
Rosulullah, penyakit apa itu? tanya
mereka. beliau menjawab, pikun! jawab
beliau.’’ ( Riwayat Abu Daud,
Ath-Tirmidzi, Al- Hakim dan Ibnu Majah)
Usman
bin Ash bercerita, “ Rasulullah SAW pernah datang kepadaku sementara aku sedang
sakit parah dan hampir meninggal dunia. Lalu Rasulullah SAW bersabda, “usaplah
dengan tangan kananmu tujuh kali dan bacalah ‘A ‘uudzubi’izzatillahi wa
qudrotihi min syarrima ajid’ aku berlindung dengan kemuliaan dan kekuasaan
Allah dari keburukan apa yang kurasakan.”
Kemudian kata usman, “akupun melakukan hal itu, lalu Allah melenyapkan
apa yang ada padaku. Maka aku selalu memerintahkan hal itu kepada keluargaku
dan orang orang lainnya.”
Dalam
riwayat muslim disebutkan bahwa rosulullah SAW bersabda, “Letakkanlah tangan mu
di bagian tubuhmu yang merasa sakit. Lalu bacalah ‘bismillah (dengan menyebut
nama Allah ) tiga kali. Dan bacalah tujuh kali ( aku berlindung kepada Allah dan
kekuasaannya dari keburukan apa yang kurasakan dan kuwaspadai).” (Riwayat
Muslim)
Dari
keterangan di atas, dapat dijelaskan bahwa berobat merupakan hal yang di
anjurkan atas orang yang sakit, termasuk upaya sembuh dengan terapai sendiri dengan
segala rasa tawakal kepada Allah SWT.
Sebagian
pandangan melihat sakit sebagai karunianya yang dilimpahkan atas dirinya,
sehingga bagaimanapun itu harus disyukuri dan sabar, tanpa harus berobat karena
disana ada banyak faedah dan manfaat.
Akan tetapi pendapat yang kuat menyebutkan,
kita harus memperhatikan keseimbangan dua hal: fisik dan psikis, agar tetap
terjaga kesehatannya. Inilah yang dilakukan oleh Rasulullah SAW.
Disamping
upaya pengobatan spiritual melalui doa-doa, Rasul juga mendorong upaya medis.
Nash qat’i menyangkut hal ini termaktub dalam hadits yang diriwayatkan oleh ath-Thirmidzi,
dari abi Hazim ia berkata, “sahl ibn sa’ad ditanya sedangkan aku mendengarnya,
dengan apa luka Rasulullah dioabati? Sahal menjawab, tidak tersisa seorangpun
yang lebih mengetahuinya daripada aku. Ali datang membawa air dalam perisainya
sedangkan fatimah mencuci darah darinya dan Ali membakar untuknya sebuah kayu
dari pohon yang berbuku, kemudian dengan kayu itu Rasul menutupi lukanya.”
0 komentar:
Posting Komentar