Definisi infertilitas menurut WHO
adalah tidak terjadinya kehamilan pada pasangan yang telah berhubungan intim
tanpa menggunakan kontrasepsi secara teratur minimal 1-2 tahun. Menurut data
demografis dunia, 12,5 % pasangan usia subur mengalami kesulitan mendapatkan
anak.
1. Bentuk dan gerakan sperma yang tidak sempurna
2. Konsentrasi sperma rendah
3. Tidak ada semen
4. Varikosel (varicocele)
5. Testis tidak turun
6. Kekurangan hormon testosteron
7. Kelainan genetik
8. Infeksi
9. Masalah seksual
10. Ejakulasi balik
11. Sumbatan di epididimis/saluran ejakulasi
12. Lubang kencing yang salah tempat (hipoepispadia)
13. Antibodi pembunuh sperma
14. Pencemaran lingkungan
15. Kanker Testis
Infertilitas terutama lebih banyak
terjadi di kota-kota besar karena gaya hidup yang penuh stres, emosional dan
kerja keras serta pola makan yang tidak seimbang. Infertilitas dapat terjadi
dari sisi pria, wanita, kedua-duanya, maupun pasangan. Disebut infertilitas
pasangan bila terjadi penolakan sperma suami oleh istri sehingga sperma tidak
dapat bertemu dengan sel telur. Hal ini biasanya disebabkan oleh
ketidaksesuaian antigen/antibodi pasangan tersebut.
Dari sisi pria, penyebab
infertilitas yang paling umum terjadi adalah:
1. Bentuk dan gerakan sperma yang tidak sempurna
Sperma harus berbentuk sempurna serta dapat
bergerak cepat dan akurat menuju ke telur agar dapat terjadi pembuahan. Bila
bentuk dan struktur (morfologi) sperma tidak normal atau gerakannya (motilitas)
tidak sempurna sperma tidak dapat mencapai atau menembus sel telur.
2. Konsentrasi sperma rendah
Konsentrasi sperma yang normal
adalah 20 juta sperma/ml semen atau lebih. Bila 10 juta/ml atau kurang maka
menujukkan konsentrasi yang rendah (kurang subur). Hitungan 40 juta sperma/ml
atau lebih berarti sangat subur. Jarang sekali ada pria yang sama sekali tidak
memproduksi sperma. Kurangnya konsentrasi sperma ini dapat disebabkan oleh testis yang kepanasan (misalnya karena selalu
memakai celana ketat), terlalu sering berejakulasi (hiperseks), merokok, alkohol dan kelelahan.
3. Tidak ada semen
Semen adalah cairan yang
mengantarkan sperma dari penis menuju vagina. Bila tidak ada semen maka sperma
tidak terangkut (tidak ada ejakulasi). Kondisi ini biasanya disebabkan penyakit
atau kecelakaan yang memengaruhi tulang belakang.
4. Varikosel (varicocele)
Varikosel adalah varises atau
pelebaran pembuluh darah vena yang berhubungan dengan testis. Sebagaimana
diketahui, testis adalah tempat produksi dan penyimpanan sperma. Varises yang
disebabkan kerusakan pada sistem katup pembuluh darah tersebut membuat pembuluh
darah melebar dan mengumpulkan darah. Akibatnya, fungsi testis memproduksi dan
menyalurkan sperma terganggu.
5. Testis tidak turun
Testis gagal turun adalah kelainan
bawaan sejak lahir, terjadi saat salah satu atau kedua buah pelir tetap berada
di perut dan tidak turun ke kantong skrotum. Karena suhu yang lebih tinggi
dibandingkan suhu pada skrotum, produksi sperma mungkin terganggu.
6. Kekurangan hormon testosteron
Kekurangan hormon ini dapat
memengaruhi kemampuan testis dalam memproduksi sperma.
7. Kelainan genetik
Dalam kelainan genetik yang disebut
sindroma Klinefelter, seorang pria memiliki dua kromosom X dan satu kromosom Y,
bukannya satu X dan satu Y. Hal ini menyebabkan pertumbuhan abnormal pada
testis sehingga sedikit atau sama sekali tidak memproduksi sperma.
Dalam penyakit Cystic fibrosis, beberapa
pria penderitanya tidak dapat mengeluarkan sperma dari testis mereka, meskipun
sperma tersedia dalam jumlah yang cukup. Hal ini karena mereka tidak memiliki
vas deferens, saluran yang menghubungkan testis dengan saluran ejakulasi.
8. Infeksi
Infeksi dapat memengaruhi motilitas
sperma untuk sementara. Penyakit menular seksual seperti klamidia dan gonore
sering menyebabkan infertilitas karena menyebabkan skar yang memblokir jalannya
sperma.
9. Masalah seksual
Masalah seksual dapat menyebabkan
infertilitas, misalnya disfungsi ereksi, ejakulasi prematur, sakit saat berhubungan (disparunia). Demikian
juga dengan penggunaan minyak atau pelumas tertentu yang bersifat toksik
terhadap sperma.
10. Ejakulasi balik
Hal ini terjadi ketika semen yang
dikeluarkan justru berbalik masuk ke kantung kemih, bukannya keluar melalui
penis saat terjadi ejakulasi. Ada beberapa kondisi yang dapat menyebabkannya,
di antaranya adalah diabetes, pembedahan di kemih, prostat atau uretra, dan
pengaruh obat-obatan tertentu.
11. Sumbatan di epididimis/saluran ejakulasi
Beberapa pria terlahir dengan
sumbatan di daerah testis yang berisi sperma (epididimis) atau saluran
ejakulasi. Beberapa pria tidak memiliki pembuluh yang membawa sperma dari testis
ke lubang penis.
12. Lubang kencing yang salah tempat (hipoepispadia)
Kelainan bawaan ini terjadi saat
lubang kencing berada di bagian bawah penis. Bila tidak dioperasi maka sperma
dapat kesulitan mencapai serviks.
13. Antibodi pembunuh sperma
Antibodi yang membunuh atau
melemahkan sperma biasanya terjadi setelah pria menjalani vasektomi. Keberadaan
antibodi ini menyulitkannya mendapatkan anak kembali saat vasektomi dicabut.
14. Pencemaran lingkungan
Paparan polusi lingkungan
dapat mengurangi jumlah sperma dengan efek langsung pada fungsi testis dan
sistem hormon. Beberapa bahan kimia yang mempengaruhi produksi sperma antara
lain: radikal bebas, pestisida (DDT, aldrin, dieldrin, PCPs, dioxin, furan,
dll), bahan kimia plastik, hidrokarbon (etilbenzena, benzena, toluena, dan
xilena), dan logam berat seperti timbal, kadmium atau arsenik.
15. Kanker Testis
Kanker testis berpengaruh langsung
terhadap kemampuan testis memproduksi dan menyimpan sperma. Penyakit ini paling
sering terjadi pada pria usia 18 – 32 tahun.
0 komentar:
Posting Komentar