Oleh
: dr.Abu Hana
Bismillah
Seseorang
yang akan membekam pasien harus mempersiapkan dirinya sendiri agar jangan
sampai terjadi “malpraktek bekam” yang disebabkan oleh “human error”
dikarenakan kelalaian dan kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan seluk
beluk bekam itu sendiri. Adapun bentuk persiapannya adalah sebagai berikut :
- Meningkatkan ketaqwaan kepada
Allah Subhaanahu wata’ala dengan senantiasa mengikuti majelis ilmu,
mempelajari aqidah dan tauhid, akhlak, adab, fiqih serta ilmu-ilmu yang
bermanfaat untuk dirinya. Mengikhlaskan keyakinan bahwa kesembuhan
hanyalah milik Allah Subhaanahu wata’ala.
- Mempelajari cara mendiagnosis
penyakit dan patofisiologisnya (penyebab, mekanisme, kemungkinan terapi,
dan efek yang mungkin akan timbul akibat penyakit tersebut) serta
mempelajari prosedur sterilisasi peralatan yang akan digunakan.
- Mempelajari ilmu bekam
(hijamah) secara professional.
- Menjaga kesehatan, berwudhu dan
berdo’a jika akan membekam.
- Mempersiapkan peralatan dan
sarana yang diperlukan untuk bekam.
Untuk
memperoleh hasil bekam yang maksimal maka diperlukan langkah-langkah sistematis
agar bi idznillah didapatkan kesembuhan yang lebih baik:
Langkah pertama : Mendata Pasien dan Melakukan Anamnesis
(Wawancara)
Catatan
data pasien sangatlah penting untuk merekam identitas, diagnosis penyakit,
terapi yang sudah diberikan serta mengetahui perkembangan penyakitnya. Data
yang perlu dicatat antara lain adalah :
- Identitas pasien, meliputi :
Nama lengkap, umur, jenis kelamin, alamat dan status perkawinan.
- Identitas keluarga, meliputi :
kedudukan dalam keluarga, pekerjaan dan alamat tinggal. Beberapa penyakit
berkaitan erat dengan pekerjaan/lokasi pemukiman.
Buatlah
data pasien tersebut dalam suatu kertas khusus (status pasien) dan Register
Pasien yang ditempatkan di rak agar memudahkan apabila pasien tersebut
control atau melanjutkan terapi. Buatlah kartu dan nomor registrasi pasien
sehingga dapat tertata dengan baik.
Tujuan
melakukan anamnesis (wawancara) adalah untuk mengetahui maksud pasien berobat,
serta mendalami penyakit dan keluhan yang dialami. Anamnesis yang benar dan
lengkap sudah dapat mendiagnosis penyakit sampai 80 %. Apa saja yang kita
tanyakan ?
- Keluhan utama, yakni keluhan
yang menyebabkan seseorang berobat untuk dibekam. Misalnya sakit kepala,
- Keluhan tambahan (keluhan
penyerta), yakni keluhan lain yang mengiringi keluhan utama tersebut,
seperti keluhan sakit kepala tersebut disertai kaku di leher, mata kabur
dan sebagainya.
- Riwayat penyakit dahulu, yakni
penyakit yang masih berkaitan dengan keluhan sekarang, seperti 2 tahun
yang lalu pernah jatuh dan kepala terbentur, atau keluhan sakit kepala
serupa disertai dengan hipertensi, dan lain-lain. Begitu juga riwayat
alergi dan penyakit-penyakit yang diturunkan seperti diabetes juga
ditanyakan.
Langkah kedua : Melakukan pemeriksaan dan menentukan
Diagnosa penyakit
Pemeriksaan
ini berguna untuk membuktikan apa yang dikeluhkan pasien tersebut sesuai dengan
kelainan fisik yang ada. Adakalanya pasien mengeluhkan sesuatu tetapi tidak
ditemukan kelainan fisik apapun dan begitu juga sebaliknya. Pemeriksaan fisik
tersebut adalah sebagai berikut :
- Pemeriksaan Umum, meliputi : tekanan darah, nadi, temperatur tubuh,
pernafasan, lidah iris (iridology), telapak tangan (palmistry) dan
lain-lain. Yang terpenting adalah bisa mengetahui penyakitnya, boleh
dengan cara diagnosis medis maupun secara tradisional atau gabungan
keduanya.
- Inspeksi (Pengamatan),
pendengaran dan penciuman dari organ yang dikeluhkan pasien. Perhatikan perubahan warna kulit, bentuk, tekstur atau
perubahan lainnya yang kasat mata. Amati pula ekspresi wajah, bentuk dan
sikap serta cara berjalan pasien.
- Palpasi (Perabaan, penekanan)
atau perkusi (pengetukan) disekitar tubuh yang mengalami keluhan. Periksalah apakah terdapat benjolan keras/lunak, atau
dengan penekanan apabila terasa sakit menunjukan penyakitnya termasuk
hiper (kelebihan fungsi) dan jika dengan penekanan pasien merasa enak
berarti penyakitnya termasuk hipo (kekurangan fungsi). Begitu juga dengan
pengetukan pada organ apakah terjadi perubahan, seperti paru-paru yang
seharusnya berbunyi sonor, pada kondisi tertentu berubah menjadi pekak
karena terdapat tumor paru-paru. Terkadang kita perlu menggerakkan bagian
tubuh yang sakit, apakah terdapat keterbatasan gerak pada tangan/kaki,
kekakuan, nyeri ketika digerakkan dan lain-lain.
- Auskultasi, yakni pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop
untuk mengetahui adanya kelainan pada rongga dada (jantung dan paru-paru)
serta rongga perut (lambung, usus, dll).
- Jika diperlukan lakukanlah
pemeriksaan penunjang, seperti
laboratorium darah, urin dan tinja, rontgen (radiologi), EKG, CT-Scan, MRI
dan sebagainya.
Setelah
diketahui keluhannya melalui anamnesis dan telah dilakukan pemeriksaan maka
dapat diambil kesimpulan mengenai penyakit yang dialami oleh pasien (diagnosa).
Diagnosa penyakit ini sebagai modal dasar untuk menentukan langkah selanjutnya
mengenai jenis terapi apa yang cocok dilakukan, titik bekam mana yang akan
dipilih serta herbal penunjang apa yang memang diperlukan.
Langkah ketiga : Menentukan Titik Bekam
Dalam
menentukan titik bekam terdapat beberapa versi (madzhab) ada yang berdasarkan
lokasi keluhan, berdasarkan titik akupuntur dan ada yang mendasarkan pada
anatomi dan patofisiologi organ yang bermasalah. Sampai sekarang belum
ditemukan kata sepakat diantara beberapa madzhab tersebut, penulis sendiri
bermadzhab pada titik bekam yang didasarkan pada anatomi dan patofisiologi
organ yang bermasalah.
- Dalam memilih titik bekam ini,
maka tidak perlu memakai banyak titik. Sebab titik bekam yang banyak belum
tentu lebih baik dan efektif dibanduingkan dengan satu titik. Selain itu
banyak titik akan menimbulkan rasa sakit yang lebih banyak. Kami
menyarankan untuk membatasinya maksimal sampai 7 titik.
- Ada sekitar 12 titik utama yang
disebutkan dalam hadits (disebut titik bekam nabi), selebihnya merupakan
pengembangan dari itu. Diantaranya adalah Titik di kepala (Ummu Mughits,
Qomahduwah, Yafukh, Hammah, dzuqn, udzun), Leher dan punggung (Kaahil,
al-akhda’ain, alkatifain, naqroh,munkib), kaki (Wirk, Fakhd, Zhohrul
qodam, iltiwa’) dan lain sebagainya. (Keterangan : penjelasan letak
titik bekam dan fungsinya masing-masing InsyaAllah akan kami jelaskan pada
edisi yang akan datang)
- Beberapa titik yang terlarang
untuk dilakukan bekam adalah : (a). Pusat kelenjar limfa atau getah bening
di leher samping bawah telinga kanan dan kiri (limfonodi servikalis), di
ketiak kanan dan kiri (limfonodi axillaris), dan dilipatan selangkangan
kanan dan kiri (limfonodi inguinalis), (b). Otak kecil bagian bawah (akhir
tengkorak belakang bagian bawah), (c). leher depan di bagian tenggorokan.
(d). ulu hati (e). lubang alami seperti pusar, dubur, putting payudara,
telinga, dll (f). lutut belakang, depan dan samping (g).terlalu dekat
dengan mata (h). perut dan pinggang wanita hamil (i).tepat pada
varises, tumor/kanker, dan bagian yang bengkak pada kasus gout/asam urat.
Langkah keempat : Mempersiapkan peralatan dan Pasien
1.
Mempersiapkan peralatan bekam dan ruangan
Yang
paling utama adalah menyiapkan agar alat-alat yang digunakan bisa steril
mengingat banyak penyakit yang dimungkinkan untuk menular melalui perantaraan
alat bekam seperti pasien hepatitis dan HIV-AIDS.
- Alat yang digunakan adalah :
kop/gelas bekam dan handpump (pompa), pisau bedah, bisturi, skapel, klem,
kain duk, sarung tangan, masker wajah,mangkok/cawan, nampan, tempat
sampah, meja, kursi dan bed periksa. Jika memungkinkan diusahakan memiliki
tabung oksigen untuk mengantisipasi apabila terjadi pingsan/syok.
- Bahan yang digunakan adalah :
kassa steril, iodine,desinfektan, larutan H2O2, minyak zaitun dan minyak
habbatussauda’.
- Untuk mensterilkan alat-alat
yang digunakan tersebut maka setelah dicuci dan dibersihkan lalu
dimasukkan kedalam sterilisator. Yang umum digunakan adalah dengan
teknologi pemanasan dan ozone.
- Pisau bedah, sarung tangan,
masker wajah hanya boleh digunakan sekali pakai, setelah selesai satu
pasien maka langsung dibuang.
- Ruangan harus bersih, cukup
penerangan, cukup ventilasi dan aliran udara serta tidak pengap. Dilarang
menggunakan kipas angin di ruangan pada saat dilakukan bekam. Jangan
melakukan bekam di tempat terbuka, tempat yang berdebu atau persis dibawah
blower AC.
- Tidak boleh menggunakan jarum,
silet, gelas minum/bekas botol, tanduk, tissue dan kain lap untup
melakukan bekam. Walaupun tampak bersih namun peralatan tersebut bukan
merupakan peralatan standar medis untuk suatu tindakan bedah minor seperti
bekam.
- Disarankan setiap pasien
memiliki kop bekam sendiri. Bagi penderita HIV-AIDS (ODHA), hepatitis
(sakit kuning), pecandu narkoba dan penyakit menular lainnya wajib
memiliki peralatan bekam sendiri dan tidak boleh digunakan pasien lain
walaupun sudah disterilkan.
2.
Mempersiapkan pasien
Pasien
perlu dipersiapkan terlebih dahulu baik secara fisik maupun mental. Pasien
perlu mendapatkan penjelasan mengenai dasar pengobatan bekam (hijamah) sebagai
tehnik pengobatan yang dituntunkan Rosulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam,
cara membekam, manfaat, efek samping yang mungkin terjadi baik ketika sedang
dibekam maupun setelahnya, kontraindikasi (pantangan) bekam, serta proses kesembuhan
dan yang lainnya.
- Pasien diberikan support
agar tidak gelisah dan takut terutama bagi yang baru pertama kali
dibekam. Berikanlah penjelasan bahwa bekam tidaklah sakit dan agar lebih
tenang bimbinglah ia agar berdo’a memohon kekuatan dan kesembuhan hanya
kepada Allah Subhaanahu wata’ala serta berwudhulah terlebih dahulu.
- Bagian tubuh yang akan dibekam
sebaiknya ditutup dengan kain duk steril yang berlubang di bagian
tengahnya sehingga bekam cukup dilakukan di daerah tersebut sedangkan
bagian lainnya ditutup dengan kain agar pasien merasa nyaman dan tidak
“risih”. Misalnya jika bekam dilakukan didaerah paha, maka bagian paha
kebawah (kaki) hendaknya ditutup dengan selimut, jika dilakukan didaerah
dada maka perut kebawah juga di tutup.
- Disiapkan minuman air putih,
madu atau sari kurma untuk pasien, karena terkadang ketika sedang dibekam
pasien merasa haus dan untuk mengantisipasi jika pasien merasa lemas.
- Bagi pasien yang baru pertama
kali dibekam cukup dengan 1-2 titik bekam.
- Pasien wanita harus ditangani
oleh ahli bekam wanita dan pasien laki-laki oleh laki-laki. Untuk menjaga
aurat maka hindari membuka bagian tubuh yang tidak perlu.
- Posisi pasien dan ahli bekam
harus nyaman agar pasien lebih rileks dan bagi yang membekam bisa lebih
mudah dan optimal dalam mencapai titik-titik yang akan dibekam.
f.1.
Posisi berbaring miring; untuk membekam titik pada bagian samping kaki
atau tungkai.
f.2.
Posisi terlentang; untuk membekam titik pada daerah muka, leher, dada, perut
dan tungkai depan.
f.3.
Posisi telungkup; untuk membekam titik di tengkuk, punggung, pinggang dan
tungkai bagian belakang.
f.4.
Posisi duduk di kursi dengan kepala menengadah dan kepala bagian belakang
bersandar pada sandaran kursi; untuk membekam wajah, kepala, dagu dan leher
bagian depan.
f.5.
Posisi duduk di kursi dan meletakkan kedua tangannya di meja sambil menopang
dagu ; untuk membekam kepala dan wajah.
f.6.
Posisi duduk di kursi dengan kedua lengan lurus kedepan dan diletakkan diatas
meja ; untuk membekam daerah tangan dan lengan, tengkuk, leher samping, bahu,
punggung dan pinggang.
f.7.
Posisi duduk di kursi dengan kepala telungkup miring diatas meja; untuk
membekam titik di samping kepala dan wajah serta leher bagian samping.
Sebenarnya
kapan saja anda dibekam maka tidak menjadi masalah, akan tetapi untuk dan
mengurangi efek samping maka disarankan anda makan 3-4 jam sebelum di bekam,
karena jika perut anda kosong (puasa) terkadang menyebabkan pusing/lemas.
Sebaliknya
apabila anda dalam kondisi perut penuh makanan atau hanya berselang 1 jam
setelah makan kemudian anda dibekam maka beberapa pasien mengeluh mual atau
muntah. Hindari berjima’ sebelum bekam, apalagi sesudahnya karena akan menguras
banyak energi.
Langkah kelima : Melakukan Bekam
Berikut
adalah tehnik bekam yang menggunakan metode sayatatan (syartoh) sebagaimana
dalam hadits dari Sa’id bin Jubair, dari Ibnu Abbas, Rosulullah Shallallaahu
‘alaihi wasallam bersabda : “Kesembuhan itu ada dalam tiga hal; yaitu
minum madu, syartoh(sayatan) alat bekam, dank ay. Namun aku melarang
ummatku melakukan kay” (Riwayat Bukhari dalam Ath-Thibb No.5680 dan 5681
Bab III : Asy-Syifa’ fii Tsalaatsin).
- Mulai dengan do’a dan
mensterilkan bagian tubuh yang akan dibekam dengan desinfektan (misalnya.
Iodin)
- Dilanjutkan dengan penghisapan
kulit menggunakan “kop/gelas” bekam, kekuatan penghisapan pada setiap
pasien berbeda-beda. Lama penghisapan selama 5 menit, tindakan ini
sekaligus berfungsi sebagai Anestesi (pembiusan) lokal. Diutamakan
mendahulukan bagian tubuh sebelah kanan dan jangan melakukan penghisapan
lebih dari 4 titik bekam sekaligus.
- Dengan menggunakan pisau bedah
standar kemudian dilakukan syartoh /penyayatan (jumlah sayatan 5-15
untuk satu titik tergantung diameter kop yang dipakai, panjang sayatan
0,3-0,5 cm, tipis dan tidak boleh terlalu dalam, dilakukan sejajar dengan
garis tubuh). Salahsatu tanda bahwa sayatannya baik adalah sesaat setelah
disayat, kulit tidak mengeluarkan darah akan tetapi setelah disedot dengan
alat maka darahnya baru keluar.
- Lakukan penghisapan kembali dan
biarkan “darah kotor” mengalir di dalam kop selama 5 menit.
- Bersihkan dan buang darah yang
tertampung dalam kop dan jika perlu bisa lakukan penghisapan ulang seperti
tadi. Tidak boleh dilakukan pengulangan sayatan.
- Bersihkan bekas luka dan
oleskan minyak habbatus sauda yang steril. Umumnya bekas bekam akan hilang
setelah 2-5 hari.
- Ucapkan Alhamdulillah dan
rasakan keajaiban “mukjizat” medis bekam.
Istirahatlah
secukupnya setelah berbekam, lebih baik lagi tidur. Minumlah air putih, madu,
sari kurma atau teh manis untuk mempercepat pemulihan. Jika ingin makan,
usahakan lebih dari satu jam sesudahnya dan menghindari makan asam,
pedas, mie dan minuman bersoda/berkarbonase. Hindari pula untuk melakukan jima’
setelah bekam.
Anda
boleh bahkan dianjurkan mandi setelah 2 jam melakukan bekam. Sebaiknya
menggunakan air hangat untuk mempercepat proses pemulihan. Hindari untuk
menggosok bekas sayatan bekam dengan sabun secara berlebihan karena selain
terasa perih juga akan memperlambat proses penyembuhan luka.
Umumnya
bekas bekam akan hilang dalam waktu 3 hari sampai 1 minggu setelah
bekam tergantung bentuk dan warna yang ditinggalkan. Untuk mempercepat
hilangnya lebam bekas bekam maka cukup dikompres dengan air hangat.
Harapan
kami bagi yang sedang belajar bekam ataupun sudah ahli dalam bekam untuk
tidak meninggalkan pengobatan medis secara “frontal” atau “membabuta babi” .
Sangatlah indah apabila pengobatan bekam (hijamah) dapat bersinergi dengan
pengobatan medis modern. (Dikumpulkan dari berbagai sumber oleh dr.Abu Hana)