TIPS CERDAS MEMILIH PRAKTIK HIJAMAH

Berhati-hatilah memilih tempat praktek hijamah, karena akan berakibat fata jika anda berhijamah pada orang yang mal praktek dan tidak steril.

Beberapa Macam Gangguan Sistem Pencernaan

Gastritis, Artinya adalah peradangan mukosa lambung. Gangguan ini umum terjadi, terutama pada orang yang berusia lanjut. Gastritis jarang menyebabkan gejala – gejala yang serius.

Khasiat Tanaman Andong Untuk Menghentikan Perdarahan (hemostatic)

Tanaman Andong adalah tanaman yang termasuk kategori suku bawang-bawangan, biasa ditanam sebagai tanaman hias di halaman rumah atau disebuah taman.

Makanan Penambah Trombosit dan Makanan untuk Menaikkan Trombosit

Pengertian Trombosit adalah merupakan bagian darah yang berperan dalam proses pembekuan darah, bentuk trombosit tidak beraturan, tidak memiliki inti sel , serta berukuran kecil

Titik Hijamah,Obat , Penyebab, Gejala serta Pantangan untuk Asam urate

Asam Urat sekarang ini telah menjadi sebuah penyakit yang sering kali di alami oleh orang-orang yang berusia 30 tahun keatas.

Jumat, 04 Mei 2012

Demam Pada Anak

              Gejala sakit pada anak yang sering kita jumpai adalah demam. Sebenarnya apakah demam itu dan bagaimana kita menyikapinya, khususnya bila demam terjadi pada anak-anak kita? Insya Allah, dalam tulisan ini akan dibahas tentang demam pada anak.
Apa itu Demam dan Bagaimana Terjadinya?
Demam adalah gejala berupa naiknya suhu tubuh sebagai respon normal tubuh terhadap suatu gangguan. Suhu tubuh diukur dengan termometer, dikatakan demam bila:
  • Suhu rektal (di dalam dubur): lebih dari 38ºC
  • Suhu oral (di dalam mulut): lebih dari 37.5ºC
  • Suhu ketiak: lebih dari 37.2ºC
  • Termometer bentuk dot bayi digital: lebih dari 37.8ºC
  • Suhu telinga: mode rektal: lebih dari 38ºC; mode oral: lebih dari 37.5ºC
Suhu tubuh dikendalikan oleh suatu bagian dari otak yang disebut hipotalamus. Hipotalamus berusaha agar suhu tubuh tetap hangat (36,5-37,5 ºC ) meskipun lingkungan luar tubuh berubah-ubah. Hipotalamus mengatur suhu dengan cara menyeimbangkan antara produksi panas pada otot dan hati dan pengeluaran panas pada kulit dan paru-paru. Ketika ada infeksi, sistem kekebalan tubuh meresponnya dengan melepaskan zat kimia dalam aliran darah. Zat kimia tersebut akan merangsang hipotalamus untuk menaikkan suhu tubuh dan akhirnya akan menambah jumlah sel darah putih yang berguna dalam melawan kuman.
Apa saja penyebab demam?
Infeksi merupakan penyebab terbanyak demam pada anak-anak. Infeksi adalah keadaan tubuh yang dimasuki kuman penyebab penyakit, bisa virus, parasit, atau bakteri. Contoh penyakit infeksi dengan gejala demam adalah flu, radang saluran pencernaan, infeksi telinga, croup, dan bronkhiolitis. Beberapa imunisasi anak-anak juga dapat menyebabkan demam. Kapan demam akan timbul tergantung dari vaksinasi yang diberikan (biasanya imunisasi DTP, HiB, dan MMR). Sedangkan anak yang sedang tumbuh gigi, menurut suatu penelitian, tidak menyebabkan demam.
Bagaimana cara mengukur suhu tubuh anak?
Cara paling akurat adalah dengan suhu rektal. Namun, mengukur suhu oral bisa akurat bila dilakukan pada anak di atas 4-5 tahun, atau suhu telinga pada anak di atas 6 bulan. Mengukur suhu ketiak adalah yang paling kurang akurat, namun dapat berguna saat dilakukan pada anak kurang dari 3 bulan. Bila suhu ketiak lebih dari 37.2ºC, maka suhu rektal harus diukur. Di sisi lain, tidaklah akurat bila mengukur suhu tubuh dengan merasakan kulit anak. Hal ini disebut suhu taktil (sentuhan) karena bersifat subyektif, yaitu pengukuran sangat dipengaruhi oleh suhu orang yang merasakan kulit si anak. Berikut cara mengukur suhu anak:
  • Suhu rektal: anak dibaringkan di pangkuan pemeriksa dengan perut sebagai dasarnya, sebelumnya oleskan sedikit krim atau jely pelumas (misal: Vaseline) pada ujung termometer, masukkan termometer dengan hati-hati ke dubur anak sampai ujung perak termometer tidak terlihat (0,5-1,25 cm di dalam dubur), tahan termometer pada tempatnya. Tahan selama 2 menit untuk termometer raksa atau kurang dari 1 menit untuk digital.
  • Suhu oral: yang perlu diperhatikan adalah jangan mengukur suhu pada mulut anak bila anak makan atau minum yang panas atau dingin dalam 30 menit terakhir. Sebelumnya bersihkan termometer dengan air dingin dan sabun kemudian bilas dengan air sampai bersih. Tempatkan ujung termometer di bawah lidah ke arah belakang. Minta anak untuk menahan termometer dengan bibirnya. Upayakan bibirnya menahan termometer selama kira-kira 3 menit untuk termometer raksa atau kurang dari 1 menit untuk digital.
  • Suhu ketiak: tempatkan ujung termometer di ketiak anak yang kering kemudian Tahan termometer dengan mengempitnya antara siku dengan dada selama 4-5 menit.
  • Suhu telinga: perlu diperhatikan bahwa termometer telinga tidak digunakan untuk anak di bawah 6 bulan. Bila anak baru dari luar rumah di mana cuaca sedang dingin, tunggu 15 menit sebelum mengukur suhu telinga. Infeksi telinga tidak mempengaruhi akurasi suhu telinga. Caranya, ibu harus menarik telinga ke arah luar-belakang sebelum memasukkan termometer kemudian tahan alat di telinga anak selama kira-kira 2 detik.
Bagus mana? Termometer digital atau raksa?
Termometer digital murah, mudah didapat, dan cara paling akurat untuk mengukur suhu. Sedangkan termometer raksa mengandung merkuri yang berbahaya saat terpapar ke tubuh, bila termometer pecah. Bila yang ada hanya termometer raksa, pastikan untuk hati-hati saat menggoyang-goyang termometer gelas sebelum digunakan.
Bagaimana sikap kita saat anak demam?
Sangatlah penting bagi orang tua untuk tahu kapan anak demam harus diperiksakan ke dokter atau dirawat sendiri.Di bawah ini adalah kondisi anak demam yang harus diperiksakan ke dokter atau tempat pelayanan kesehatan:
  • Anak di bawah 3 bulan dengan suhu 38ºC atau lebih, tanpa melihat penampakan anak (meskipun anak tampak baik).
  • Anak di atas 3 bulan dengan suhu 38ºC atau lebih selama lebih dari 3 hari atau tampak sakit (rewel dan menolak minum).
  • Anak 3-36 bulan dengan suhu 38.9ºC atau lebih.
  • Anak segala usia dengan suhu 40ºC atau lebih.
  • Anak segala usia yang mengalami kejang demam (step). Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada anak berumur 6 bulan – 5 tahun dengan suhu 38º C atau lebih.
  • Anak segala usia yang mengalami demam berulang.
  • Anak segala usia yang demam dengan penyakit kronis, seperti penyakit jantung, kanker, lupus, atau anemia bulan sabit.
  • Anak demam yang disertai munculnya ruam-ruam di kulit.
Anak dapat dirawat sendiri oleh orang tua bila anak berumur lebih dari 3 bulan dengan suhu kurang dari 38.9ºC, dan anak tampak sehat serta berperilaku normal.
Langkah-langkah yang bisa kita lakukan saat anak demam antara lain:
Obat untuk Demam pada Anak
Perawatan paling efektif untuk demam adalah menggunakan obat penurun panas seperti Parasetamol (contoh: Pamol®, Sanmol®, Tempra®l) atau Ibuprofen (contoh: Proris®). Terdapat berbagai macam sediaan di pasaran seperti: tablet, drops, sirup, dan suppositoria. Pengobatan ini dapat mengurangi ketidaknyamanan anak dan menurunkan suhu 1 sampai 1,5 ºC. Sedangkan Aspirin tidak direkomendasikan untuk anak di bawah 18 tahun karena dapat menyebabkan efek samping penyakit serius yang disebut sindrom Reye, meskipun angka kejadian penyakit ini jarang.
Parasetamol dapat diberikan setiap 4 sampai 6 jam sesuai kebutuhan. Bila suhu tetap tinggi meskipun parasetamol telah diberikan dan anak berumur lebih dari 6 bulan, Parasetamol diganti dengan Ibuprofen yang dapat diberikan setiap 6-8 jam. Dosis parasetamol atau ibuprofen harus diperhitungkan berdasarkan berat badan (bukan umur), yaitu: parasetamol: 10-15 mg/kilogram berat badan anak setiap kali pemberian, maksimal 60 mg/kilogram berat badan/hari. Sedangkan Ibuprofen: 5-10 mg/kilogram berat badan anak setiap kali pemberian, maksimal 40 mg/kilogram berat badan/hari. Contoh: bila anak dengan berat 12 kg, diberikan sirup Parasetamol 12 x (10 sampai 15) mg = 120 mg sampai 180 mg sekali minum. Apabila orang tua kesulitan dalam menghitung dosis hendaknya berkonsultasi dengan apoteker atau farmasis. Jangan asal-asal dalam menentukan dosis obat pada anak. Adapun obat yang telah diresepkan oleh dokter maka patuhilah aturan pemakaian obat dari dokter. Apabila orang tua merasa ragu jangan segan-segan meminta informasi kepada dokter yang meresepkan.
Sekilas tentang Kompres
Mengompres dilakukan dengan handuk atau washcloth (washlap atau lap khusus badan) yang dibasahi dengan dibasahi air hangat (30ºC) kemudian dilapkan seluruh badan. Penurunan suhu tubuh terjadi saat air menguap dari permukaan kulit. Oleh karena itu, anak jangan “dibungkus” dengan lap atau handuk basah atau didiamkan dalam air karena penguapan akan terhambat. Tambah kehangatan airnya bila demamnya semakin tinggi. Dengan demikian, perbedaan antara air kompres dengan suhu tubuh tidak terlalu berbeda. Jika air kompres terlalu dingin akan mengerutkan pembuluh darah anak. Akibatnya, panas tubuh tidak mau keluar. Anak jadi semakin menggigil untuk mempertahankan keseimbangan suhu tubuhnya.
Mengompres dapat pula dilakukan dengan meletakkan anak di bak mandi yang sudah diisi air hangat. Lalu basuh badan, lengan, dan kaki anak dengan air hangat tersebut. Sebenarmya mengompres kurang efektif dibandingkan obat penurun demam. Bila ibu memakai metode kompres, hendaknya digabungkan dengan pemberian obat penurun demam, kecuali anak alergi terhadap obat tersebut.
Ingat! Jangan mengompres dengan alkohol karena uap alkohol dapat terserap ke kulit atau paru-paru anak. Membedong anak di bawah umur 3 bulan dengan banyak pakaian atau selimut dapat sedikit menaikkan suhu tubuh. Menurut penelitian, suhu rektal 38.5ºC atau lebih tidak dihubungkan dengan membedong dengan kain tebal tadi. Oleh karena itu, dianjurkan bila anak demam, cukup memakai baju atau selimut tipis saja sehingga aliran udara berjalan baik.
Menaikkan Asupan Cairan Anak
Demam pada anak dapat meningkatkan risiko terkena dehidrasi (kekurangan cairan). Tanda dehidrasi paling mudah adalah berkurangnya kencing dan air kencing berwarna lebih gelap daripada biasanya. Maka dari itu, orang tua sebaiknya mendorong anak untuk minum cairan dalam jumlah yang memadai. Anak dengan demam dapat merasa tidak lapar dan sebaiknya tidak memaksa anak untuk makan. Cairan seperti susu (ASI atau sapi atau formula) dan air harus tetap diberikan atau bahkan lebih sering. Anak yang lebih tua dapat diberikan sup atau buah-buahan yang banyak mengandung air. Bila anak tidak mampu atau tidak mau minum dalam beberapa jam, orang tua sebaiknya diperiksakan ke dokter.
Istirahatkan Anak Saat Demam
Demam menyebabkan anak lemah dan tidak nyaman. Orang tua sebaiknya mendorong anaknya untuk cukup istirahat. Sebaiknya tidak memaksa anak untuk tidur atau istirahat atau tidur bila anak sudah merasa baikan dan anak dapat kembali ke sekolah atau aktivitas lainnya ketika suhu sudah normal dalam 24 jam.
Selama anak demam, orang tua hendaknya tetap memperhatikan gejala-gejala lain yang muncul. Tanyakan pada anak, adakah keluhan lain yang dirasakan, semisal: pusing, sakit kepala, nyeri saat kencing, kesulitan bernafas, dan lain-lain. Karena demam bisa jadi merupakan tanda bahwa ada gangguan pada kesehatan anak atau gejala dari penyakit tertentu. Oleh karena itu, para orang tua hendaknya bijaksana dalam menghadapinya. Orang tua hendaknya tahu kapan anak dengan demam dapat dirawat sendiri di rumah atau diperiksakan ke tempat pelayanan kesehatan.
***
Penulis: dr. Ian Danny Kurniawan (Abu ‘Ammar)

Sudah Tepatkah Penggunaan Antibiotik Pada Buah Hati Kita?

        Beragamnya penyakit infeksi pada anak telah membuat kebanyakan ibu khawatir dan panik ketika buah hatinya sakit. Bahkan tidak sedikit yang selalu membawa anaknya berobat ke dokter meski hanya penyakit ringan. Rasanya tidak puas jika dokter tidak memberi obat apapun dan hanya memberikan edukasi tentang penyakit dan perawatan anaknya yang sedang sakit. Tidak peduli apakah penyebabnya virus atau bakteri, kebanyakan ibu akan lebih tenang ketika dokter meresepkan antibiotik untuk anaknya. Padahal, penggunaan antibiotik yang tidak tepat bukan hanya menghamburkan uang, namun juga akan berdampak buruk pada kesehatan buah hati kita. Di zaman yang serba modern seperti sekarang ini, orangtua dituntut untuk pro aktif dan kritis dengan pengobatan yang diberikan dokter untuk buah hatinya. Salah satunya adalah ketika dokter meresepkan antibiotik. Sebagai orangtua, kita perlu memastikan, sudah tepatkah penggunaan antibiotik pada buah hati kita?

Mengenal Antibiotik
Antibiotik merupakan substansi yang dihasilkan oleh mikroorganisme, yang dalam konsentrasi rendah mampu menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme lain. Antibiotik adalah obat yang digunakan dalam penanganan pasien yang terbukti atau diduga mengalami infeksi bakteri dan terkadang juga digunakan untuk mencegah infeksi bakteri pada keadaan khusus. Penggunaan antibiotik tidak boleh sembarangan dan hanya bisa didapatkan dengan resep dokter, karena penggunaan yang tidak sesuai indikasi justru akan menyebabkan resistensi (kebal) obat.
Seperti Apakah Penggunaan Antibiotik yang Tidak Tepat?
Pemakaian antibiotik yang tidak berdasarkan ketentuan (petunjuk dokter) menyebabkan tidak efektifnya obat tersebut sehingga kemampuan membunuh kuman berkurang atau bahkan menimbulkan resistensi. Ketidaktepatan penggunaan antibiotik terjadi dalam situasi klinis yang sangat bervariasi, meliputi :
  • Pemberian antibiotik pada keadaan tanpa adanya infeksi bakteri.
  • Pemilihan antibiotik yang salah atau tidak sesuai diagnosis.
  • Dosis yang tidak tepat atau berlebihan.
  • Lama penggunaan antibiotik yang tidak tepat.
  • Penggunaan obat antibiotik suntik yang berlebihan pada penyakit yang dapat disembuhkan dengan obat yang ditelan (oral).
  • Pengobatan sendiri oleh pasien dengan cara mengonsumsi antibiotik yang seharusnya diresepkan oleh dokter.
  • Penggunaan antibiotik berlebih untuk profilaksis (pencegahan) pada pembedahan bersih, khususnya pemberian antibiotik yang berlangsung lebih lama dari waktu yang direkomendasikan (kurang dari 24 jam pasca operasi).
Keadaan ini antara lain disebabkan oleh berbagai faktor seperti pengetahuan dokter yang kurang, pengalaman masa lalu atau contoh dari kolega senior, harapan dan permintaan pasien, promosi industri farmasi, dan mudahnya pasien membeli antibiotik tanpa resep dokter.
Bahaya Penggunaan Antibiotik yang Tidak Tepat
Penggunaan antibiotik pada anak memerlukan perhatian khusus. Mengapa demikian? Bayi dan anak berisiko paling sering mendapatkan antibiotik, karena daya tahan tubuhnya yang lebih rentan sehingga lebih sering sakit. Padahal, seperti halnya obat pada umumnya, antibiotik memiliki efek samping yang bisa muncul jika penggunaannya tidak tepat.
Efek samping yang sering terjadi pada penggunaan antibiotik adalah gangguan beberapa organ tubuh. Terlebih lagi bila diberikan kepada bayi dan anak-anak, karena sistem tubuh dan fungsi organ pada bayi dan anak-anak masih belum tumbuh sempurna. Gangguan organ tubuh yang bisa terjadi adalah gangguan saluran cerna, gangguan ginjal, gangguan fungsi hati, gangguan sumsum tulang, gangguan darah dan sebagainya.
Akibat lainnya adalah reaksi alergi karena obat. Gangguan tersebut mulai dari yang ringan seperti ruam, gatal sampai dengan yang berat seperti pembengkakan bibir atau kelopak mata, sesak, hingga dapat mengancam jiwa atau reaksi anafilaksis.
Pemakaian antibiotik berlebihan atau irasional juga dapat membunuh kuman yang baik dan berguna yang ada didalam tubuh kita. Sehingga tempat yang semula ditempati oleh bakteri baik ini akan diisi oleh bakteri jahat atau oleh jamur atau disebut “superinfection”. Pemberian antibiotik yang berlebihan akan menyebabkan bakteri-bakteri yang tidak terbunuh mengalami mutasi dan menjadi kuman yang resisten atau disebut “superbugs”.
Penggunaan antibiotik yang irasional menyebabkan bakteri yang awalnya dapat diobati dengan mudah menggunakan jenis antibiotik ringan akan bermutasi dan menjadi kebal, sehingga memerlukan jenis antibiotik yang lebih kuat. Bila bakteri ini menyebar ke lingkungan sekitar, suatu saat akan tercipta kondisi dimana tidak ada lagi jenis antibiotik yang dapat membunuh bakteri yang terus menerus bermutasi ini
Makin Dini, Makin Berisiko
Sebagian besar kasus penyakit infeksi pada anak disebabkan oleh virus. Penyakit virus adalah penyakit yang termasuk “self limiting disease” atau penyakit yang sembuh sendiri dalam waktu 5 sampai 7 hari (dengan ijin Allah -red). Sebagian besar penyakit infeksi diare, batuk, pilek dan panas disebabkan oleh virus. Secara umum, setiap anak akan mengalami 2 hingga 9 kali penyakit saluran napas karena virus.
Sebuah publikasi dalam Journal Watch Pediatrics and Adolescent Medicine tanggal 18 Juli 2007 melaporkan suatu hasil penelitian “population based”, dimana dilakukan penelitian longitudinal yang terhadap 13.116 anak di Kanada yang lahir pada tahun 1995 dan mendapat pengobatan dengan antibiotik dalam tahun pertama kehidupan untuk mempelajari faktor-faktor resiko terjadinya asma pada anak. Anak yang didiagnosis menderita asma dalam tahun pertama kehidupan dikeluarkan dari penelitian. Ternyata 65 % anak mendapat antibiotik dan terbanyak adalah antibiotik berspektrum luas.
Anak yang mendapat antibiotik untuk penyakit infeksi bukan saluran nafas ternyata mempunyai resiko menderita asma dua kali lebih besar pada usia 7 tahun dibandingkan yang tidak mendapat antibiotik.
Penelitian ini mengkonfirmasikan hasil penelitian sebelumnya bahwa penggunaan antibiotik yang terlalu dini pada anak (usia kurang dari 1 tahun) terutama antibiotik yang berspektrum luas, meningkatkan resiko terjadinya asma pada anak. Sehingga dianjurkan untuk tidak memberi antibiotik terutama yang bersektrum luas kepada anak usia kurang dari 1 tahun apabila tidak sangat diperlukan.
Kapan Anak Memerlukan Antibiotik?
Indikasi yang tepat dan benar dalam penggunaan antibiotik pada anak adalah bila penyebab infeksi tersebut adalah bakteri. Menurut CDC (Centers for Disease Control and Prevention), indikasi pemberian antibiotik adalah :
  • Batuk dan pilek yang terjadi sepanjang hari (bukan hanya pada malam hari dan pagi hari) yang berkelanjutan selama lebih dari 10-14 hari dan disertai dengan cairan hidung mukopurulen (kuning atau hijau). Bila batuk dan pilek yang berkelanjutan terjadi hanya pada malam hari dan pagi hari (bukan sepanjang hari) biasanya berkaitan dengan alergi atau bukan lagi dalam fase infeksi, sehingga tidak perlu antibiotik.
  • Bila terdapat gejala infeksi sinusitis akut yang berat seperti panas > 39° C dengan cairan hidung purulen (kental), nyeri, bengkak di sekitar mata dan wajah.
  • Radang tenggorokan karena infeksi kuman streptokokus. Penyakit ini pada umumnya menyerang anak berusia 7 tahun atau lebih. Pada anak usia 4 tahun hanya 15% yang mengalami radang tenggorokan karena kuman ini. Untuk mengetahui apakah ada infeksi bakteri biasanya dengan melakukan kultur (pembiakan bakteri) yang membutuhkan beberapa hari untuk observasi.
  • Infeksi saluran kemih. Untuk mengetahui apakah ada infeksi bakteri biasanya dengan melakukan kultur urin. Setelah beberapa hari akan diketahui bila ada infeksi bakteri berikut jenis dan sensitivitas terhadap antibiotik.
  • Penyakit tifus. Selain dari anamnesis (wawancara) dan pemeriksaan fisik, untuk mengetahui penyakit tifus perlu dilakukan pemeriksaan darah Widal dan kultur darah gaal.
Gunakan Antibiotik Secara Tepat
Berikut ini beberapa tips penggunaan antibiotik yang benar, sebagai pedoman para orangtua dalam memberikan antibiotik pada anaknya :
  • Memberikan antibiotik pada anak hanya dengan resep dokter, yaitu dengan dosis dan jangka waktu sesuai resep.
  • Menanyakan pada dokter, obat mana yang mengandung antibiotik.
  • Tidak menggunakan atau membeli antibiotik berdasarkan resep sebelumnya. Karena salah menggunakan antibiotik menyebabkan obat menjadi tidak efektif lagi dan bahkan bisa menimbulkan resisten (kebal) obat.
  • Pilek, batuk, dan diare pada anak umumnya tidak memerlukan antibiotik. Usahakan agar anak banyak minum, cukup makan makanan bergizi, dan istirahat. Jika demam lebih dari 3 hari periksakan anak ke dokter.
***
muslimah.or.id
Penulis : dr. Avie Andriyani Ummu Shofiyyah
Referensi :
  • Endang Dewi Lestari (editor). Buku Simposium and Workshop “Pediatric Update”, Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan I. Bagian Ilmu Kesehatan Anak UNS/RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Tahun 2011.
  • James Chin, MD, MPH (editor). Buku “Manual Pemberantasan Penyakit Menular” Edisi 17. Tahun 2000. Penerbit American Public Health Association.
  • Kementrian Kesehatan RI. Buku Panduan “Gunakan Antibitik Secara Tepat Untuk Mencegah Kekebalan Obat”. Tahun 2011.
  • Prof. Iwan Dwiprahasto, “Evidence Based Medicine Guide to Antibiotic Use”. Buku Clinical Updates, Practicing Current Issues in Medicine. Tahun 2010. Penerbit Cendekia Press, Yogyakarta.
  • Sumarmo S, Buku Infeksi dan Penyakit Tropis Edisi 1, Tahun 2002, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Infeksi Saluran Kemih


Ketika Urin Tercemar Kuman 
Berkemih (buang air kecil) merupakan salah satu kegiatan biologis yang senantiasa kita alami setiap harinya. Untuk itu, permasalahan sekecil apapun yang mengganggu proses berkemih pasti cukup merisaukan. Salah satunya yang cukup sering kita dengar atau bahkan kita alami sendiri adalah infeksi saluran kemih. Apa saja gejalanya dan bagaimana mengatasinya, akan kita bahas pada kesempatan kali ini.
Mengenal Infeksi Saluran Kemih
Istilah Infeksi Saluran kemih atau sering disingkat dengan istilah “ISK” biasanya mengacu pada sistitis (infeksi bakteri pada kandung kemih), tetapi bisa digunakan untuk mengistilahkan infeksi manapun pada saluran kemih, dari ginjal sampai uretra (saluran yang menyalurkan air seni/urin dari kandung kemih keluar). Penyebab ISK bisa beragam, tapi yang paling banyak adalah bakteri seperti Escherichia Coli. Penyebab lain misalnya virus, jamur, atau parasit seperti Chlamydia.
Sebenarnya, dalam keadaan normal, urin yang diproduksi ginjal selalu steril, yaitu bebas dari kuman dan mikroorganisme. Urin hanya mengandung cairan, garam, serta zat lain yang tidak diperlukan tubuh. Oleh karena itu, kehadiran bakteri apapun di dalamnya adalah tidak normal. Pada banyak kasus, kuman penyebab ISK masuk ke dalam saluran kemih melalui uretra yang merupakan penghubung saluran kemih dalam tubuh dengan dunia luar. Kuman tersebut bisa berasal dari daerah anus. Selain itu bisa juga berasal dari vagina, karena letak muara uretra yang berdekatan dengan alat kewanitaan tersebut.
Kaum Wanita Lebih Beresiko
Infeksi Saluran Kemih (ISK) merupakan salah satu penyakit yang sering dialami oleh kaum wanita. Sekitar setengah dari seluruh kaum wanita menderita ISK paling tidak sekali seumur hidup, dan beberapa wanita mengalaminya berulang kali, namun biasanya membaik dengan pengobatan. Semua wanita berisiko mengalami ISK karena memiliki uretra yang relatif pendek dibanding dengan laki-laki, sehingga kuman lebih mudah masuk ke dalam kandung kemih. Kuman tersebut bisa berasal dari anus atau vagina, mengingat posisi muara uretra pada wanita dekat dengan anus dan vagina. Faktor risiko lainnya seperti :
  • Aktif secara seksual.
  • Memakai gel spermisidal sebagai alat kontrasepsi.
  • Sedang hamil.
  • Pasca menopause (berhentinya haid).
  • Memiliki masalah inkontinensia urin (hilangnya kendali terhadap kandung kemih sehingga seseorang sering buang air kecil tanpa disengaja ketika batuk, bersin, atau olah raga berat, biasanya juga tidak bisa menahan ketika ingin buang air kecil).
  • Orang-orang dengan daya tahan tubuh yang memburuk (immunocompromized), seperti pada pasien diabetes mellitus (kencing manis) menahun dan HIV-AIDS.
  • Pasien yang harus mengalami kateterisasi urin (dipasang selang kateter untuk mengeluarkan urin) dalam waktu yang lama, misal pada pasien stroke, penurunan kesadaran, koma, dan penyakit kronis lainnya.
Kenali Gejalanya
Gejala-gejala infeksi saluran kemih yang umum adalah serangan mendadak seperti berikut ini :
  • Nyeri terbakar saat buang air kecil.
  • Selalu ingin buang air kecil (tidak tuntas/anyang-anyangan).
  • Mengeluarkan urin yang hanya sedikit.
  • Terdapat darah dalam urin.
  • Nyeri atau ketidaknyamanan tepat di atas tulang kemaluan.
Apa Yang Bisa Anda Lakukan?
Saat mengalami gejala awal, usahakan untuk banyak minum air. Cobalah minum 600 mL air secepatnya, lalu 300 mL air tiap 30 menit. Ini akan meningkatkan produksi air dan jumlah urin yang keluar. Jika mengalami infeksi ringan, ada peluang akan hilang dalam beberapa hari. Sebaiknya Anda menghindari berhubungan intim untuk sementara waktu sampai gejalanya berkurang. Jika gejala berlangsung lama, segera temui dokter. Dokter akan menyarankan pemeriksaan urin di laboratorium, untuk melihat adanya infeksi dan kemudian menentukan pengobatan yang tepat. Jika ISK Anda tidak membaik dengan pengobatan yang telah diberikan dokter atau kambuh lebih dari 3 kali dalam 6 bulan, maka dokter akan merujuk Anda kepada ahli urologis untuk penyelidikan lebih lanjut.
Mengatasi Serangan Akut
Jika Anda menderita serangan akut ISK, Anda bisa melakukan hal-hal berikut ini :
  • Segera minum 600 mL air, atau minum 300 mL setiap 30 menit.
  • Jika Anda kesakitan, isi 2 botol dengan air panas, bungkus dengan handuk, dan letakkan satu di punggung bawah, dan satu lagi di antara paha.
  • Jika serangan akut terjadi pada saat yang tidak memungkinkan bagi Anda untuk segera mencari pertolongan, Anda bisa minum obat pereda nyeri untuk pertolongan pertama.
  • Cobalah untuk rileks di tempat tidur maupun di kursi yang nyaman dan banyak-banyaklah berdzikir.
Anda bisa merasakan gejala berkurang setelah 3 jam melakukan hal-hal di atas. Namun, Anda harus segera menemui dokter jika serangan terus berlanjut lebih dari satu hari, sedang hamil, atau terdapat darah dalam urin.
Bagaimana Pencegahannya?
  • Banyak minum, yaitu dengan mengonsumsi asupan cairan sekitar 1,5-2 liter setiap hari.
  • Jaga kebersihan organ kewanitaan Anda. Setelah buang air besar atau buang air kecil, jangan lupa dibersihkan dengan air bersih dengan arah dari depan ke belakang, agar kuman dari anus (belakang) tidak masuk ke uretra.
  • Pastikan Anda mengeluarkan urin sekitar 1 jam setelah berhubungan intim dengan suami.
  • Jangan menahan ketika ingin buang air kecil, karena dapat memperbesar risiko kuman yang berada di urin sempat menginvasi saluran kemih yang seharusnya dalam kondisi steril (tanpa kuman).
  • Konsumsi yoghurt sekali sehari untuk mendorong penggantian bakteri jahat di dalam usus dengan bakteri baik.
Antisipasi Dengan Cairan
Dari penjelasan sebelumnya, dapat kita ambil pelajaran betapa pentingnya minum air dalam jumlah yang cukup. Air mempunyai fungsi dalam berbagai proses penting dalam tubuh manusia, seperti metabolisme, sirkulasi zat gizi maupun non gizi, pengendalian suhu tubuh, kontraksi otot, pengaturan keseimbangan elektrolit, dan proses pembuangan zat yang tidak diperlukan oleh tubuh. Oleh karena itu, minum air yang cukup sangat bermanfaat untuk mengoptimalkan fungsi berbagai organ tubuh dan mencegah berbagai penyakit seperti infeksi saluran kemih. Sudahkah Anda mengonsumsi air dalam jumlah yang cukup hari ini?
***
muslimah.or.id
Penulis : dr. Avie Andriyani Ummu Shofiyyah
Referensi :
  • dr. Sarah Jarvis. Ensiklopedia Kesehatan Wanita. Tahun 2011. Penerbit Esensi Erlangga Group.
  • Scott C. Litin, M.D (editor). Mayo Clinic, Family Health Book Edisi kelima, Tahun 2009, Penerbit PT Intisari Mediatama. Jakarta.