Beragamnya
penyakit infeksi pada anak telah membuat kebanyakan ibu khawatir dan panik
ketika buah hatinya sakit. Bahkan tidak sedikit yang selalu membawa anaknya
berobat ke dokter meski hanya penyakit ringan. Rasanya tidak puas jika dokter
tidak memberi obat apapun dan hanya memberikan edukasi tentang penyakit dan
perawatan anaknya yang sedang sakit. Tidak peduli apakah penyebabnya virus atau
bakteri, kebanyakan ibu akan lebih tenang ketika dokter meresepkan antibiotik
untuk anaknya. Padahal, penggunaan antibiotik yang tidak tepat bukan hanya
menghamburkan uang, namun juga akan berdampak buruk pada kesehatan buah hati
kita. Di zaman yang serba modern seperti sekarang ini, orangtua dituntut untuk
pro aktif dan kritis dengan pengobatan yang diberikan dokter untuk buah
hatinya. Salah satunya adalah ketika dokter meresepkan antibiotik. Sebagai
orangtua, kita perlu memastikan, sudah tepatkah penggunaan antibiotik pada buah
hati kita?
Mengenal
Antibiotik
Antibiotik
merupakan substansi yang dihasilkan oleh mikroorganisme, yang dalam konsentrasi
rendah mampu menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme lain.
Antibiotik adalah obat yang digunakan dalam penanganan pasien yang terbukti
atau diduga mengalami infeksi bakteri dan terkadang juga digunakan untuk
mencegah infeksi bakteri pada keadaan khusus. Penggunaan antibiotik tidak boleh
sembarangan dan hanya bisa didapatkan dengan resep dokter, karena penggunaan
yang tidak sesuai indikasi justru akan menyebabkan resistensi (kebal) obat.
Seperti
Apakah Penggunaan Antibiotik yang Tidak Tepat?
Pemakaian
antibiotik yang tidak berdasarkan ketentuan (petunjuk dokter) menyebabkan tidak
efektifnya obat tersebut sehingga kemampuan membunuh kuman berkurang atau
bahkan menimbulkan resistensi. Ketidaktepatan penggunaan antibiotik terjadi
dalam situasi klinis yang sangat bervariasi, meliputi :
- Pemberian antibiotik pada keadaan tanpa adanya infeksi bakteri.
- Pemilihan antibiotik yang salah atau tidak sesuai diagnosis.
- Dosis yang tidak tepat atau berlebihan.
- Lama penggunaan antibiotik yang tidak tepat.
- Penggunaan obat antibiotik suntik yang berlebihan pada penyakit yang dapat disembuhkan dengan obat yang ditelan (oral).
- Pengobatan sendiri oleh pasien dengan cara mengonsumsi antibiotik yang seharusnya diresepkan oleh dokter.
- Penggunaan antibiotik berlebih untuk profilaksis (pencegahan) pada pembedahan bersih, khususnya pemberian antibiotik yang berlangsung lebih lama dari waktu yang direkomendasikan (kurang dari 24 jam pasca operasi).
Keadaan ini
antara lain disebabkan oleh berbagai faktor seperti pengetahuan dokter yang
kurang, pengalaman masa lalu atau contoh dari kolega senior, harapan dan
permintaan pasien, promosi industri farmasi, dan mudahnya pasien membeli
antibiotik tanpa resep dokter.
Bahaya
Penggunaan Antibiotik yang Tidak Tepat
Penggunaan
antibiotik pada anak memerlukan perhatian khusus. Mengapa demikian? Bayi dan
anak berisiko paling sering mendapatkan antibiotik, karena daya tahan tubuhnya
yang lebih rentan sehingga lebih sering sakit. Padahal, seperti halnya obat
pada umumnya, antibiotik memiliki efek samping yang bisa muncul jika
penggunaannya tidak tepat.
Efek samping
yang sering terjadi pada penggunaan antibiotik adalah gangguan beberapa organ
tubuh. Terlebih lagi bila diberikan kepada bayi dan anak-anak, karena sistem
tubuh dan fungsi organ pada bayi dan anak-anak masih belum tumbuh sempurna.
Gangguan organ tubuh yang bisa terjadi adalah gangguan saluran cerna, gangguan
ginjal, gangguan fungsi hati, gangguan sumsum tulang, gangguan darah dan
sebagainya.
Akibat
lainnya adalah reaksi alergi karena obat. Gangguan tersebut mulai dari yang
ringan seperti ruam, gatal sampai dengan yang berat seperti pembengkakan bibir
atau kelopak mata, sesak, hingga dapat mengancam jiwa atau reaksi anafilaksis.
Pemakaian
antibiotik berlebihan atau irasional juga dapat membunuh kuman yang baik dan
berguna yang ada didalam tubuh kita. Sehingga tempat yang semula ditempati oleh
bakteri baik ini akan diisi oleh bakteri jahat atau oleh jamur atau disebut “superinfection”.
Pemberian antibiotik yang berlebihan akan menyebabkan bakteri-bakteri yang
tidak terbunuh mengalami mutasi dan menjadi kuman yang resisten atau disebut “superbugs”.
Penggunaan
antibiotik yang irasional menyebabkan bakteri yang awalnya dapat diobati dengan
mudah menggunakan jenis antibiotik ringan akan bermutasi dan menjadi kebal,
sehingga memerlukan jenis antibiotik yang lebih kuat. Bila bakteri ini menyebar
ke lingkungan sekitar, suatu saat akan tercipta kondisi dimana tidak ada lagi
jenis antibiotik yang dapat membunuh bakteri yang terus menerus bermutasi ini.
Makin Dini,
Makin Berisiko
Sebagian
besar kasus penyakit infeksi pada anak disebabkan oleh virus. Penyakit virus
adalah penyakit yang termasuk “self limiting disease” atau penyakit yang
sembuh sendiri dalam waktu 5 sampai 7 hari (dengan ijin Allah -red).
Sebagian besar penyakit infeksi diare, batuk, pilek dan panas disebabkan oleh
virus. Secara umum, setiap anak akan mengalami 2 hingga 9 kali penyakit saluran
napas karena virus.
Sebuah
publikasi dalam Journal Watch Pediatrics and Adolescent Medicine tanggal
18 Juli 2007 melaporkan suatu hasil penelitian “population based”,
dimana dilakukan penelitian longitudinal yang terhadap 13.116 anak di Kanada
yang lahir pada tahun 1995 dan mendapat pengobatan dengan antibiotik dalam
tahun pertama kehidupan untuk mempelajari faktor-faktor resiko terjadinya asma
pada anak. Anak yang didiagnosis menderita asma dalam tahun pertama kehidupan
dikeluarkan dari penelitian. Ternyata 65 % anak mendapat antibiotik dan
terbanyak adalah antibiotik berspektrum luas.
Anak yang mendapat
antibiotik untuk penyakit infeksi bukan saluran nafas ternyata mempunyai resiko
menderita asma dua kali lebih besar pada usia 7 tahun dibandingkan yang tidak
mendapat antibiotik.
Penelitian
ini mengkonfirmasikan hasil penelitian sebelumnya bahwa penggunaan antibiotik
yang terlalu dini pada anak (usia kurang dari 1 tahun) terutama antibiotik yang
berspektrum luas, meningkatkan resiko terjadinya asma pada anak. Sehingga
dianjurkan untuk tidak memberi antibiotik terutama yang bersektrum luas kepada
anak usia kurang dari 1 tahun apabila tidak sangat diperlukan.
Kapan Anak
Memerlukan Antibiotik?
Indikasi
yang tepat dan benar dalam penggunaan antibiotik pada anak adalah bila penyebab
infeksi tersebut adalah bakteri. Menurut CDC (Centers for Disease Control and
Prevention), indikasi pemberian antibiotik adalah :
- Batuk dan pilek yang terjadi sepanjang hari (bukan hanya pada malam hari dan pagi hari) yang berkelanjutan selama lebih dari 10-14 hari dan disertai dengan cairan hidung mukopurulen (kuning atau hijau). Bila batuk dan pilek yang berkelanjutan terjadi hanya pada malam hari dan pagi hari (bukan sepanjang hari) biasanya berkaitan dengan alergi atau bukan lagi dalam fase infeksi, sehingga tidak perlu antibiotik.
- Bila terdapat gejala infeksi sinusitis akut yang berat seperti panas > 39° C dengan cairan hidung purulen (kental), nyeri, bengkak di sekitar mata dan wajah.
- Radang tenggorokan karena infeksi kuman streptokokus. Penyakit ini pada umumnya menyerang anak berusia 7 tahun atau lebih. Pada anak usia 4 tahun hanya 15% yang mengalami radang tenggorokan karena kuman ini. Untuk mengetahui apakah ada infeksi bakteri biasanya dengan melakukan kultur (pembiakan bakteri) yang membutuhkan beberapa hari untuk observasi.
- Infeksi saluran kemih. Untuk mengetahui apakah ada infeksi bakteri biasanya dengan melakukan kultur urin. Setelah beberapa hari akan diketahui bila ada infeksi bakteri berikut jenis dan sensitivitas terhadap antibiotik.
- Penyakit tifus. Selain dari anamnesis (wawancara) dan pemeriksaan fisik, untuk mengetahui penyakit tifus perlu dilakukan pemeriksaan darah Widal dan kultur darah gaal.
Gunakan
Antibiotik Secara Tepat
Berikut ini
beberapa tips penggunaan antibiotik yang benar, sebagai pedoman para orangtua
dalam memberikan antibiotik pada anaknya :
- Memberikan antibiotik pada anak hanya dengan resep dokter, yaitu dengan dosis dan jangka waktu sesuai resep.
- Menanyakan pada dokter, obat mana yang mengandung antibiotik.
- Tidak menggunakan atau membeli antibiotik berdasarkan resep sebelumnya. Karena salah menggunakan antibiotik menyebabkan obat menjadi tidak efektif lagi dan bahkan bisa menimbulkan resisten (kebal) obat.
- Pilek, batuk, dan diare pada anak umumnya tidak memerlukan antibiotik. Usahakan agar anak banyak minum, cukup makan makanan bergizi, dan istirahat. Jika demam lebih dari 3 hari periksakan anak ke dokter.
***
muslimah.or.id
Penulis : dr. Avie Andriyani Ummu Shofiyyah
muslimah.or.id
Penulis : dr. Avie Andriyani Ummu Shofiyyah
Referensi :
- Endang Dewi Lestari (editor). Buku Simposium and Workshop “Pediatric Update”, Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan I. Bagian Ilmu Kesehatan Anak UNS/RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Tahun 2011.
- James Chin, MD, MPH (editor). Buku “Manual Pemberantasan Penyakit Menular” Edisi 17. Tahun 2000. Penerbit American Public Health Association.
- Kementrian Kesehatan RI. Buku Panduan “Gunakan Antibitik Secara Tepat Untuk Mencegah Kekebalan Obat”. Tahun 2011.
- Prof. Iwan Dwiprahasto, “Evidence Based Medicine Guide to Antibiotic Use”. Buku Clinical Updates, Practicing Current Issues in Medicine. Tahun 2010. Penerbit Cendekia Press, Yogyakarta.
- Sumarmo S, Buku Infeksi dan Penyakit Tropis Edisi 1, Tahun 2002, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar