Kamis, 12 April 2012

Terapi Madu


Oleh: Prof.dr sugeng Juwono Mardhihusodo,MSc.
                        Telah ribuan lalu orang menggunakan madu sebagai bahan alam untuk terapi berbagai macam penyakit,tidak hanya sekedar untuk pemanis makan.sebagai contoh,Hippocrates(460-377sM),yang diakui sebai Bapak kedokteran,telah mempraktekan terapi madu (TM) untuk pasien-pasien yang menderita bisul,koreng, luka-luka dan berbagai penyakit kulit.pada zaman romawi kuno para juru sembuh (physiciatis) melakasanakan TM untuk keperluan menyembuhkan pasien-pasien  yang menderita insomnia (sulit tidur) Orang –orang mesir kuno juga mempraktikan TM untuk penyembuhan penyakit katarak,luka terbuka,luka teriris pisau dan luka bakar.
            Sewaktu perang dunia 1 para dokter jerman menggunakan madu yang dicampur dengan minyak ikan untuk mengolesi luka –luka prajurit yang lagi perang  agar cepat sembuh,selama ini bertahun-tahun penyanyi-penyanyi opera di eropa meningkatkan stamina dan membilas tenggorokan mereka dengan minum madu sebelum naik panggung.sekarang,madu semakin banyak untuk campuran bahan minuman penguat  badan dan kesehatan .
    Madu alam terbuat dari nektar  yang dikumpulkan dari berbagai jenis bunga oleh lebah-sebuah kantung dalam sebuah kantung didalam tubuh lebah dan mencampurnya dengan bahan kimia antara lain enzim invrtase.sesampai di sarangnya kembali,campuran kedua bahan tadi dimuntahkan kedalam ruangan,sel-sel khusus,kemudian berubah menjadi madu.madu ini bersama dengan pollen digunakan sebagai makanan bagi lebah-lebah pekerja  yaitu lebah –lebah betina yang mandul,dan bagi lebah-lebah jantan.
       Mengapa madu bermanfaat untuk kesehatan dan bahan berkhasiat sebagai obat,memang sangat menarik untuk di teliti dan dipahami segi rasionalnya.sekitar 345 artikel ilmiah telah dipublikasikan dalam abad XX khusus tentang TM ini.Dari jumlah itu,relatif memang belum banyak ,dibandingkan misalnya dengan artikel tentang terapi racun lebah yang mencapai 3500 artikel.sejumlah alasan mungkin bisa diajukan , antara lain:ilmu kedokteran yang di ajarkan   dikebanyakan belahan dunia,terutama Dunia Barat,menganut paham Demokratis,seorang dokter romawi kuno,yang lebih percaya kepada obat-obat kimia daripada obat-obat bahan kimia,termasuk madu.
    Paham demokritus yang lebih mempercayai reaksi patologis dalam tubuh manusia terkait dengan reaksi-reaksi kimia juga menjadi ajaran inti di indonesia.TM yang sifatnya holistic tersisi oleh terapi dengan obat-obat kimia untuk berbagai penyakit yang dikenal sebagai khemoterapi,khemoterapi yang merupakan salah satu bagian mata kuliah farmakologi di fakultas-fakultas kedokteran termasuk yang diindonesia menjadi materi pokok bahasan utama dalam penilitian dan pengajaran.TM yang menjadi topik penilitian dan dipraktikan dalam kedokteran timur justru tidak diajarkan dan dipraktikan.
    Khasiat madu sebagai makanan bernilai gizi tinggi dan berkhasiat obat untuk penyembuhan tampaknya terkait dengan kandungan bahannya yang cukup lengkap. Menurut hasil analisis kimi di negara-negara maju,madu tersusun dari bahan gula,pollen trace dan air. Madu yang berkualitas baik mengandung air 17,1% bahan-bahan karbo hidrat seperti levulosa 38,2%,dekstrosa 31,35, Sukrosa 1,3%, Dieskstrin dan gum 1,5% Vitamin dan mineral 0,2% serta substansi yang belum teridentifikasi 3,1%
    Bahan-bahan lain yang teridentifikasi meliputi lapton 7,1% abu 0,2% netrogen 0,04% dan enzin diastase 2,1% satu sendok teh mengandung sekitar 21 kalori,Hasil analisis lainnya  menyebutkan bahwa madu mengadung bahan anti oksida asam-asam amino Vitamin dan mineral secara umum,madu jika  tonikum  untuk mereka yang sedang lemah badan.
     Seacara khusus konsumsi madu sangat bermanfaat untuk membantu kinerja semua sistem organ:
1.       Sistem pencernaan
Konsumsi madu meningkatkan penyerapan kalsium dalam usus, menyembuhkan luka lambung, melancarkan buang air besar.
2.       Sistem pernafasan
Madu membantu mengatasi bronkitis dan batuk kronis
3.       Sistem perkemihan
Membantu mengatasi infeksi
4.       Sistem syaraf
Madu membantu menyeimbangkan syaraf sehingga bagus untuk penderita insomnia, menormalkan tekanan darah dengan menstabilkan emosi, meringankan sakit kepalakarena ketegangan jiwa (tension headache), meringankan depresi dan kejang-kejang akibat gangguan syaraf pusat.
5.       Sistem imunitas
Madu meningkatkan imunitas epitel termasuk kulit, mengatasi bisul-bisul, luka bakar dan radang (dermatitis).
     Madu yang baik,asli,mentah,tanpa diproses dan campuri bahan buatan,berkhasiat terapetik: anti bakteri, antiviral, antiradang,ekspetoran,antibahan penimbul kanker (karsinogen), laksatif,antianemia,dan tonikum.Manfaat madu sebagai bahan makanan kesehatan dan hasil TM semakin optimal jika madu di campur atau dikombinasi dengan pollen dan royal jelly,lebih-lebih juga ditambah “bee propolis”.
    Bagaimana untuk penderita  diabetes melitus  (DM) ? Boleh dipastikan bahwa DM bukan kontradiksi untuk TM,Menurut ekperimen pada hewan coba,tikus putih jika hasil penelitian itu,dikonversikan pada manusia,misalnya untuk orang yang berberat badan 50kg ,maka madu sebanyak 750 ml yang dikonsumsi perhari baru nyata meningkatkan glukosa darahnya,Tentu,hal itu tidak pernah terjadi dalam TM pada seseorang,lebih-lebih untuk penderita DM,Dosis maksimal yang umum dianjurkan adalah 3x15 m.(1 sendok makan)perhari, jadi dosis sebanyak itu tidak akan meningkatkan glukosa darah pada orang yang mengkonsusmsinya selain itu,gula dalam madu sifatnya kompleks,diserap lambat lewat transpor aktif oleh usus,yang tidak dengan cepat meningkatkan kadar glukosa darah.konsumsi madu bagi seorang penderita DM justru bermanfaat untuk peningkatan stamina,energi kondisi umum.selain itu,konsumsi madu bagi penderita DM,justru  akan membantu mencegah komplikasi DM yang berat dan program pada usia lanjut.
     Madu sebaiknya tidak semata-mata di pandang sebagai obat,hanya di konsumsi sewaktu badan dalam kondisi tidak nyaman atau sakit,madu sebaiknya di konsumsi setiap hari sebagai makanan kesehatan,artinya,madu dijadikan makanan tambahan atau suplemen makanan yang selalu tersedia diatas meja makan,karena manfaatnya yang besar untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan,mencegah kita untuk mondok di rumah sakit. Lebih baik mengikuti paradigma sehat dari pada paradigma sakit.
(Penulis, ketua Unit Studi Perlebahan UGM,Bagian parasitologi FK UGM Yogyakarta)



0 komentar: